Pengakuan Seorang Sahabat

Berawal dari pertemuanku dengan seorang sahabat yang telah lama tak jumpa lama kami berbincang ngobrol ngalor ngidul akhirnya tanpa sadar sahabatku menceritakan kenangan masa lalunya yang suram.

Sungguh aku tidak bisa membayangkan akan mengalami peristiwa ini. Suatu peristiwa yang hanya dalam waktu 10 bulan mampu mengubah hidupku. Rumah tangga yang telah kubangun 5 tahun dan didahului dengan masa pacaran selama 5 tahun harus kandas ditengah jalan. Masa pacaran yang lama belum cukup mendalami isi hati suamiku. Tambatan hatiku ternyata tega berpaling pada perempuan lain.

Tidak seorangpun didunia ini yang mempersiapkan diri untuk bercerai dengan pasangannya. Semua berharap rumah tangganya langgeng sampai maut memisahkan. Saat menghadapi perceraian, rasa hati terpukul dan depresi adalah wajar. Namun aku bersyukur, Allah telah menuntunku untuk menjalani semua itu dengan positif.

Di balik semua peristiwa yang aku alami, banyak hikmah yang bisa aku ambil. Aku yang tadinya lalai melaksanakan sholat lima waktu , kini berusaha selalu tepat waktu mengerjakannya. Begitu pula dengan sholat tahajud dan puasa, Insya Allah aku akan terus melaksanakannya. Karena dengan sholat dan puasa itulah, aku bisa ikhlas dan menerima cobaan dengan lapang dada.

Semua ini terjadi karena kehendak Allah hanya kepadaNya aku serahkan kembali penyelesaiannya. Pada saat berpasrah diri, Allah terasa begitu dekat denganku. Cobaan seberat apapun akan terasa ringan. Inilah hikmah dari kedekatanku dengan sang Pencipta. Aku kehilangan suami, tapi aku mendapatkan yang lebih berharga yaitu menjadi lebih dekat dengan dan merasakan kehadiran Allah S.W.T